SELAMAT DATANG DI BLOG PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

SELAMAT DATANG DI BLOG PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 OKU PROPINSI SUMATERA SELATAN

Minggu, 13 Mei 2012

Pemberian Soal Pilihan Ganda Itu Malah Menjerumuskan Siswa



Pembiasaan evaluasi atau tes dengan  soal-soal pilihan ganda  dari tingkat SD hingga
perguruan tinggi dinilai  menjerumuskan siswa.  Kondisi tersebut mengakibatkan siswa
Indonesia hanya kuat dalam kemampuan menghafal atau di level pengetahuan, sedangkan
kemampuan menalar dan menerapkan ilmu pengetahuan sangat rendah.
Oleh karena itu, dalam aspek penilaian atau evaluasi siswa, baik yang dilakukan guru
maupun pemerintah, perlu digalakkan penggunaan item uraian.  Soal-soal pilihan ganda
mendorong siswa untuk menebak jawaban tanpa berpikir terlebih dahulu dan memudahkan
peserta yang berniat tidak jujur.
Kajian yang dikemukan sejumlah peneliti dari beberapa perguruan tinggi berdasarkan hasil-
hasil tes internasional yang diikuti siswa Indonesia dalam seminar bertema mutu pendidikan
dasar dan menengah.  Penelitian dilakukan berkolaborasi dengan Badan Penelitian dan
Pengembangan Depdiknas di Jakarta.
Sejak tahun 1990-an hingga saat ini, Indonesia terlibat dalam  tes internasional yang diikuti
siswa dari negara-negara maju dan berkembang yakni Programme for International Student
Assesment (PISA) di bidang membaca, matematika, dan sains untuk siswa SMP; Progress in
International Reading Literacy Study (PIRLS) bidang membaca untuk siswa SD; serta Trends
in International Mathematics and Science Study (TIMSS) bidang matematika dan sains untuk
siswa SMP. Hasil tes menunjukkan kemampuan siswa Indonesia masih berada di bawah
standar internasional.
Kemampuan rata-rata siswa  Indonesia dalam merespon item format uraian lebih rendah
dibandingkan merespons item format pilihan ganda. Kondisi itu secara umum menunjukkan
siswa Indonesia lemah untuk melakukan analisis, prediksi, dan membuat kesimpulan.
Felicia N Utordewo dari Universitas Indonesia mengatakan prestasi membaca siswa SD
Indonesia bukan saja terlihat rendah dalam PIRLS, tapi juga dalam ujian akhir sekolah
berstandar nasional (UASBN). Siswa Indonesia tidak terlatih untuk menyampaikan
pikirannya dalam bahasa yang runtut dan jelas.
Dalam penyusunan soal perlu dirakit soal-soal esai yang tidak memerlukan jawaban yang
panjang. Melalui soal seperti itu, siswa terdidik untuk berpikir mandiri dan memutuskan
jawaban sendiri, tanpa bantuan pilihan.
Salah  satu yang mempengaruhi kesulitan siswa Indonesia menjawab soal-soal dalam tes
internasional karena tidak terbiasa mengerjakan evaluasi skala nasional dengan soal esei atau
lebih terbiasa dengan soal pilihan ganda. Di soal TIMSS banyak soal yang bersifat penerapan
dan penalaran, sehingga akan menyulitkan siswa yang tidak terbiasa berpikir analitis.
Ujian nasional yang berbentuk pilihan ganda jadi acuan model penilaian di sekolah. Guru pun
melaksanakan ujian dengan bentuk soal pilihan ganda. “Selain pilihan ganda, perlu
dikembangkan soal uraian sehingga peserta berusaha dan terlatih untuk berfikir kritis dan logis yang merupakan indikator peningkatan kualitas siswa dan kualitas pendidikan
Indonesia.
Hendaklah  kegiatan pembelajaran harus memberikan ruang yang lebih luas lagi bagi siswa
untuk melakukan proses menalar dan menerapkan dibandingkan mengumpulkan pengetahuan
semata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar