A. Teori Hirarki Belajar dari Robert
M.Gagne
Robert M.Gagne |
Menurut kamus ilmiah populer (2006:179) hirarki berarti
berurutan-urutan, peringkat, tingkat. Hirarki belajar merupakan struktur
belajar yang terdiri dari tingkatan-tingkatan belajar. Teori yang diperkenalkan
Robert M.Gagne pada tahun 1960-an pembela-jaran harus dikondisikan untuk
memunculkan respons yang diharapkan,Menurut Gagne (dalam Ismail 1998), Gagne
memberikan pemecahan dan pengurutan materi pembelajaran dengan selalu
menanyakan pertanyaan ini: “Pengetahuan apa yang lebih dahulu harus dikuasai
siswa agar ia berhasil mempelajari suatu pengetahuan tertentu?”. Setelah mendapat
jawabannya, ia harus bertanya lagi seperti pertanyaan yang di atas tadi untuk mendapat-kan
prasyarat yang harus dikuasai dan dipelajari siswa sebelum ia mempelajari
pengetahuan tersebut. Begitu seterusnya sampai didapatkan urut-urutan
pengetahuan dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Hirarki
belajar dari Gagne memungkinkan juga prasyarat yang berbeda untuk kemampuan
yang berbeda pula. Sebagai contoh, pemecahan masalah membutuhkan aturan,
prinsip dan konsep konsep terdefinisi sebagai prasyaratnya, yang membutuhkan
konsep konkret sebagai prasyarat berikutnya,
Menurut Gagne belajar dapat dikategorikan sebagai berikut
:
1. Verbal
information (informasi verbal)
Belajar informasi verbal merupakan kemampuan yang
dinyatakan , seperti membuat label, menyusun fakta-fakta, dan menjelaskan.
Kemampuan / unjuk kerja dari hasil belajar, seperti membuat pernyataan,
penyusunan frase, atau melaporkan informasi
2. Intellectual
Skill (skil Intelektual)
Kemampuan skil intelektual adalah kemampuan pembelajar yang
dapat menunjukkan kompetensinya sebagai anggota masyarakat seperti; menganalisa
berita-berita. Membuat keseimbangan keuangan, menggunakan bahasa untuk
mengungkapkan konsep, menggunakan rumus-rumus matematika. Dengan kata lain ia
tahu “ Knowing how”
3. Attitude
(perilaku)
Attitude (perilaku) merupakan kemampuan yang mempengaruhi
pilihan pembelajar (peserta didik) untuk melakukan suatu tindakan. Belajar
mealui model ini diperoleh melalui pemodelan atau orang yang ditokohkan, atau
orang yang diidolakan.
4. Cognitive strategi (strategi kognitif)
Strategi kognitif adalah kemampuan yang mengontrol
manajemen belajar si pembelajar mengingat dan berpikir. Cara yang terbaik untuk
mengembangkan kemampuan tersebut adalah dengan melatih pembelajar memecahkan
masalah, penelitian dan menerapkan teori-teori untuk memecahkan masalah ril
dilapangan. Melalui pendidikan formal diharapkan pembelajar menjadi “self
learner” dan “independent tinker”.
Menurut Gagne tingkah laku manusia sangat bervariasi dan
berbeda dihasilkan dari belajar. Kita dapat mengklasifikasikan tingkah laku
sedemikian rupa sehingga dapat diambil implikasinya yang bermanfaat dalam
proses belajar. Gagne mengemukakan bahwa ketrampilan-ketrampilan yang dapat
diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan atau disebut
juga kapabilitas.
Hasil Belajar Gagne
Gagne mengemukakan 5 macam hasil belajar atau kapabilitas
tiga bersifat kognitif, satu bersifat afektif dan satu bersifat
psikomotor.Hasil belajar menjadi lima kategori kapabilitas sebagai berikut :
1. Informasi verbal
Kapabilitas informasi verbal merupakan kemampuan untuk
mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta.
2. Ketrampilan Intelektual
Kapabilitas ketrampilan intelektual merupakan kemampuan
untuk dapat membedakan, menguasai konsep aturan, dan memecahkan masalah.
3. Strategi Kognitif
Kapabilitas Strategi Kognitif adalah Kemampuan untuk
mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berfikir dengan cara merekam,
membuat analisis dan sintesis.
4. Sikap
Kapabilitas Sikap adalah kecenderungan untuk merespon
secara tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut.
5. Ketrampilan motorik
Untuk dapat mengetahui seseorang memiliki kapabilitas
ketrampilan motorik dapat dilihat dari segi kecepatan, ketepatan, dan
kelancaran gerakan otot-otot serta anggota badan yang diperlihatkan orang
tersebut.
David P. Ausubel |
Menurut Ausubel dalam (Dahar, 1988: 134) belajar dapat
diklasifikasikan ke dalam dua dimensi.
- Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau
materi disajikan pada siswa, melalui penemuan atau penerimaan. Belajar
penerimaan menyajikan materi dalam bentuk final, dan belajar penemuan
mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang
diajarkan.
- Dimensi kedua
berkaitan dengan bagaimana cara siswa dapat mengaitkan informasi atau materi
pelajaran pada struktur kognitif yang telah dimilikinya, ini berarti belajar
bermakna. Akan tetapi jika siswa hanya mencoba-coba menghapal informasi baru
tanpa menghubungkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur
kognitifnya, maka dalam hal ini terjadi belajar hafalan.
Menurut Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan
fenomena baru ke dalam sekema yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang
dapat memperkembangkan sekema yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses
belajar ini siswa mengonstruksi apa yang ia pelajari sendiri.
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan
potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti
Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama
mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar- akan bermanfaat kalau mereka
banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat
pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu.
Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan,
peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.
Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses
belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan
materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang
sudah ada dalam struktur kognisi siswa.
Empat type belajar menurut Ausubel , yaitu:
- Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu menmukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
- Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
- Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.
- Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir , kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.
Prasyarat agar belajar menerima menjadi bermakna menurut
Ausubel, yaitu:
- Belajar menerima yang bermakna hanya akan terjadi apabila siswa memilki strategi belajar bermakna.
- Tugas-tugas belajar yang diberikan kepada siswa harus disesuaikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
- Tugas-tugas belajar yang diberikan harus sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar