BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah
merupakan lembaga formal yang berfungsi membantu khususnya orang tua dalam
memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Sekolah memberikan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kepada anak didiknya secara lengkap sesuai dengan yang
mereka butuhkan. Semua fungsi sekolah tersebut tidak akan efektif apabila
komponen dari sistem sekolah tidak berjalan dengan baik, karena kelemahan dari
salah satu komponen akan berpengaruh pada komponen yang lain yang pada akhirnya
akan berpengaruh juga pada jalannya sistem itu sendiri. Salah satu dari
bagian komponen sekolah adalah guru.
Guru
dituntut untuk mampu menguasai kurikulum, menguasai materi, menguasai metode,
dan tidak kalah pentingnya guru juga harus mampu mengelola kelas sedemikian
rupa sehingga pembelajaran berlangsung secara aktif, inovatif dan menyenangkan.
Namun umumnya guru masih mendominasi kelas, siswa pasif ( datang, duduk, nonton,
mencatat,latihan, …., dan lupa). Guru memberikan konsep, sementara siswa
menerima bahan jadi. menurut Erman Suherman, ada hal yang menyebabkan
siswa tidak menikmati (senang) untuk belajar, yaitu kebanyakan siswa tidak siap
terlebih dahulu dengan (minimal) membaca bahan yang akan dipelajari, siswa
datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong. Lebih parah lagi,
siswa tidak menyadari tujuan belajar yang sebenarnya, tidak mengetahui manfaat
belajar bagi masa depannya nanti.
Berdasarkan
pengamatan penulis di SMPN 37 OKU, terdapat beberapa kendala pada pembelajaran
selama ini antara lain :
- Siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep.
- Siswa kurang aktif / siswa pasif dalam proses pembelajaran.
- Siswa belum terbiasa untuk bekerja sama dengan temannya dalam belajar.
- Guru kurang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
- Hasil nilai ulangan / hasil belajar siswa pada pembelajaran rendah.
- KKM tidak tercapai.
- Pembelajaran tidak menyenangkan bagi siswa.
- Kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran.
Sebagai
pendidik, penulis melihat pembelajaran menjadi kurang efektif karena hanya
cenderung mengedepankan aspek intelektual dan mengesampingkan aspek pembentukan
karakter. Hal ini tentu suatu hambatan bagi guru. Namun penulis ingin mengubah
hambatan tersebut menjadi sebuah kekuatan dalam pengelolaan kegiatan belajar
mengajar yang efektif dan efisien sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang
memuaskan.
Untuk
menjawab hal itu, penulis mencoba memberi solusi kepada guru-guru untuk
menerapkan model-model pembelajaran melalui kegiatan supervisi Akademik
dengan pendekatan Realistik di SMPN 37 OKU, dengan menyusun berbagai perangkat
pembelajaran yang dibutuhkan seperti : RPP, alat peraga, teknik pengumpulan
data, dan instrumen yang dibutuhkan untuk membantu guru dalam mengelola kelas
dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Apakah penerapan model-model pembelajaran melalui kegiatan supervisi akademik dengan pendekatan realistik di SMPN 37 OKU dapat meningkatkan mutu pembelajaran siswa di SMPN 37 OKU.”
Secara operasional rumusan masalah
di atas dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut
:
- Apakah penerapan model-model pembelajaran melalui kegiatan supervisi Akademik dengan pendekatan realistik di SMPN 37 OKU dapat meningkatkan mutu pembelajaran siswa di SMPN 37 OKU?
- Apa saja kendala-kendala yang dihadapi guru dalam penerapan model-model pembelajaran melalui kegiatan supervisi akademik dengan pendekatan realistik di SMPN 37 OKU?
- Bagaimana respon siswa terhadap penerapan model-model pembelajaran melalui kegiatan supervisi akademik dengan pendekatan realistik di SMPN 37 OKU pada pembelajaran di kelas VII, VIII, IX ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini
adalah:
1.
Meningkatkan
mutu pembelajaran siswa di SMPN 37 OKU pdengan enerapan model-model
pembelajaran melalui kegiatan supervisi Akademik dengan pendekatan realistik.
- Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dalam penerapan model-model pembelajaran melalui kegiatan supervisi akademik dengan pendekatan realistik di SMPN 37 OKU.
- Meningkatkan Kemampuan siswa terhadap penerapan model-model pembelajaran melalui kegiatan supervisi akademik dengan pendekatan realistik di SMPN 37 OKU pada pembelajaran di kelas VII, VIII, IX ?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini,
dilakukan dengan harapan memberikan manfaat bagi siswa, guru, maupun sekolah.
a. Manfaat bagi siswa :
1. Memperoleh pengalaman belajar yang
lebih menarik.
2. Meningkatkan aktivitas siswa di
dalam belajar.
3. Meningkatkan penguasaan konsep.
4. Menumbuhkan keberanian mengemukakan
pendapat dalam kelompok/ membiasakan bekerja sama dengan teman.
b. Manfaat bagi guru:
1.
Memperoleh
alternatif baru yang dapat diterapkan guru dalam meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi yang diajarkan.
2.
Memperoleh
alternatif baru yang dapat diterapkan guru untuk peningkatan mutu pembelajaran.
c.
Manfaat bagi sekolah :
1.
Meningkatkan
prestasi sekolah dalam bidang akademis.
2.
Meningkatkan
kinerja sekolah melalui peningkatan profesionalisme guru.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian
yang Relevan
Pada
bagian ini, penulis bermaksud mengemukakan beberapa hal yang berhubungan dengan
teori dan pengertian untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan PTS ini, sebagai gambaran
yang tentu ada kaitannya dengan materi pembahasan. Isinya berupa teori-teori
yang diambil dari berbagai sumber.
Model
pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar
mengajar ( Udin Winataputra, 1994,34).
Banyak
model-model pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru dalam proses
kegiatan belajar mengajar yang pada prinsipnya pengembangan model pembelajaran
bertujuan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang efetif dan efisien,
menyenangkan, bermakna, lebih banyak mengaktifkan siswa.
Dalam
pengembangan model pembelajaran yang mendapat penekanan pengembangannya
terutama dalam strategi dan metode pembelajaran. Untuk masa sekarang ini perlu
juga dikembangkan system penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Oleh karena itu guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
bisa saja mengembangkan model pembelajaran sendiri dengan tujuan proses
pembelajaran lebih efektif dan efisien, lebih banyak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berkreasi, sehingga siswa lebih aktif.
Berikut
ini adalah pengertian model pembelajaran menurut pendapat para tokoh
pendidikan antara lain:
- Agus Suprijono : pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
- Mills : “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”
- Richard I Arends : model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Kompetensi dasar Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus
dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan
indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan
membantu guru mengembangkan kemampuan mengelola proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glicman, et al; 2007). Supervisi
akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran.
Prinsip-prinsip supervisi akademik:
a. Praktis, artinya mudah dikerjakan
sesuai kondisi sekolah
b. Sistematis artinya dikembangkan
sesuai perencanaan program supervise yang matang dan tujuan pembelajaran
c. Objektif artinya masukan sesuai
aspek-aspek instrument
d. Realistis artinya berdasarkan
kenyataan sebenarnya
e. Antisipatif artinya mampu menghadapi
masalah-masalah yang mungkin akan terjadi
f. Konstruktif artinya mengembangkan
kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran.
g. Kooperatif artinya ada kerjasama
yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran.
h. Kekeluargaan artinya mempertimbangkan
saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran.
i. Demokratis artinya supervisor tidak
boleh mendominasi pelaksanaan supervise akademik.
j. Aktif artinya guru dan supervisor
harus aktif berpartisipasi
k. Humanis artinya mampu menciptakan
hubungan kemanusian yang harmonis, terbuka, jujur, sabar, antusias dan penuh
humor.
l. Berkesinambungan artinya supervise
akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh kepala sekolah.
m. Terpadu, artinya menyatu dengan
program pendidikan
n. Komprehensif artinya memenuhi ketiga
tujuan supervise akademik diatas.
Pendekatan Realistik
Pembelajaran
selama ini terlalu dipengaruhi pandangan bahwa Pembelajaran merupakan alat yang
siap pakai. Pandangan ini mendorong guru bersikap cenderung memberi tahu
konsep/ sifat/ teorema dan cara menggunakannya. Guru cenderung mentransfer
pengetahuan yang dimiliki ke pikiran anak dan anak menerimanya secara pasif dan
tidak kritis. Adakalanya siswa menjawab soal dengan benar namun mereka tidak
dapat mengungkapkan alasan atas jawaban mereka. Siswa dapat menggunakan rumus
tetapi tidak tahu dari mana asalnya rumus itu dan mengapa rumus itu digunakan.
Keadaan demikian mungkin terjadi karena di dalam proses pembelajaran tersebut
siswa kurang diberi kesempatan dalam mengungkapkan ide-ide dan alasan jawaban
mereka sehingga kurang terbiasa untuk mengungkapkan ide-ide atau alasan dari
jawabannya.
Perubahan cara berpikir yang perlu sejak awal diperhatikan ialah bahwa hasil belajar siswa meruapakan tanggung jawab siswa sendiri. Artinya bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi secara langsung oleh karakteristik siswa sendiri dan pengalaman belajarnya. Tanggung jawab langsung guru sebenarnya pada penciptaan kondisi belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang baik (Marpaung, 2004). Pengalaman belajar akan terbentuk apabila siswa ikut terlibat dalam pembelajaran yang terlihat dari aktivitas belajarnya.
Pendekatan realistic a menekankan untuk membawa pembelajaran pada pengajaran bermakna dengan mengkaitkannya dalam kehidupan nyata sehari-hari yang bersifat realistik. Siswa disajikan masalah-masalah kontekstual, yaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi realistik. Kata realistik disini dimaksudkan sebagai suatu situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa atau menggambarkan situasi dalam dunia nyata (Zulkarnain,2002).
Perubahan cara berpikir yang perlu sejak awal diperhatikan ialah bahwa hasil belajar siswa meruapakan tanggung jawab siswa sendiri. Artinya bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi secara langsung oleh karakteristik siswa sendiri dan pengalaman belajarnya. Tanggung jawab langsung guru sebenarnya pada penciptaan kondisi belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang baik (Marpaung, 2004). Pengalaman belajar akan terbentuk apabila siswa ikut terlibat dalam pembelajaran yang terlihat dari aktivitas belajarnya.
Pendekatan realistic a menekankan untuk membawa pembelajaran pada pengajaran bermakna dengan mengkaitkannya dalam kehidupan nyata sehari-hari yang bersifat realistik. Siswa disajikan masalah-masalah kontekstual, yaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi realistik. Kata realistik disini dimaksudkan sebagai suatu situasi yang dapat dibayangkan oleh siswa atau menggambarkan situasi dalam dunia nyata (Zulkarnain,2002).
B. Penyelesaian Masalah
Berdasarkan kajian teori di atas,
maka dengan melalui kegiatan penerapan model-model pembelajaran melalui
kegiatan supervisi akademik dengan pendekatan realistik di SMPN 37 OKU, kepala
sekolah dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan
model-model pembelajaran melalui kegiatan supervisi akademik dengan
pendekatan realistik di SMPN 37 OKU
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Subjek, Lokasi, dan Waktu
Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah ini
dilakukan di SMPN 37 OKU terhadap
sembilan orang guru di SMPN 37 OKU. Waktu pelaksanaan penelitian tindakan
kelas ini dimulai 1 April 2011 sampai dengan 1 Agustus 2011.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian ini tergolong penelitian
tindakan sekolah, dengan empat langkah pokok yaitu : perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi, dengan melibatkan
sembilan orang guru SMPN 37 OKU. Penelitian dilakukan tahapan secara
berkelanjutan selama 3 bulan. Indikator kinerja yang ditetapkan adalah
meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model-model pembelajaran
melalui kegiatan supervisi akademik dengan pendekatan realistik di SMPN 37 OKU.
Aspek yang diukur dalam observasi adalah antusiasme guru SMPN 37 OKU dalam
menerapkan model-model pembelajaran, interaksi siswa dengan guru dalam
proses belajar mengajar, interaksi dengan siswa dengan siswa dalam kerja sama
kelompok, dan aktivitas siswa dalam diskusi kelompok.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan dokumentasi berupa hasil karya penyusunan KTSP, wawancara dan instrument
analisis penilaian.
1.
Perencanaan Tindakan
a) Pemilihan topik
b)
Melakukan review silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran untuk topik tersebut dan
mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku pelajaran. Selanjutnya bekerja
dalam kelompok untuk menyusun rencana pembelajaran.
c) Menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran
d) Merencanakan penerapan pembelajaran
e) Menentukan indikator yang akan dijadikan acuan
f) Mempersiapkan kelompok mata pelajaran
g) Mempersiapkan media pembelajaran.
h) Membuat format evaluasi
i) Membuat format observasi
j) Membuat angket respon guru dan siswa
d) Merencanakan penerapan pembelajaran
e) Menentukan indikator yang akan dijadikan acuan
f) Mempersiapkan kelompok mata pelajaran
g) Mempersiapkan media pembelajaran.
h) Membuat format evaluasi
i) Membuat format observasi
j) Membuat angket respon guru dan siswa
2. Pelaksanaan Tindakan
Menerapkan tindakan sesuai dengan rencana, dengan langkah-langkah:
Menerapkan tindakan sesuai dengan rencana, dengan langkah-langkah:
1. Setiap guru yang telah menyusun
rencana pembelajaran menyajikan atau mempresentasikan rencana pembelajarannya,
sementara guru lain memberi masukan, sampai akhirnya diperoleh rencana
pembelajaran yang lebih baik.
2. Guru yang ditunjuk menggunakan
masukan-masukan tersebut untuk memperbaiki rencana pembelajaran.
3. Guru yang ditunjuk tersebut
mempresentasikan rencana pembelajarannya di depan kelas untuk mendapatkan umpan
balik.
3. Pengamatan (observasi)
1. Observer melakukan pengamatan sesuai
rencana dengan menggunakan lembar observasi
2. Menilai tindakan dengan menggunakan
format evaluasi.
3. Pada tahap ini seorang guru
melakukan implementasi rencana pembelajaran yang telah disusun, guru lain
melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dipersiapkan. Selain itu dilakukan pemotretan yang meng-close up
kejadian-kejadian khusus selama pelaksanaan pembelajaran.
D. Teknis Analisis Data
Penelitian
tindakan sekolah ini berhasil apabila :
- Peningkatan nilai rata-rata siswa kelas VII, VIII, IX, Peningkatan nilai rata-rata 6,5
- Tingkat aktivitas siswa dalam
proses belajar mengajar :
Tingkat keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dinilai berhasil apabila masing-masing aktivitas yang menunjang keberhasilan belajar persentasenya di atas 70 %. - Keterlaksanaan langkah-langkah dalam proses belajar mengajar ≥ 80 %
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Kondisi Awal
Dari hasil wawancara terhadap sembilan orang guru, peneliti
memperoleh informasi bahwa semua guru (sembilan orang) belum tahu
kerangka penyusunan RPP dengan menerapkan model-model pembelajaran, hanya
seorang yang memiliki dokumen standar proses (satu buah), hanya 1 orang
guru yang pernah mengikuti pelatihan pengembangan RPP dengan penerapan
model-model pembelajaran, umumnya guru mengadopsi dan mengadaptasi RPP yang
menerapkan model-model pembelajaran didalamnya, kebanyakan guru tidak tahu dan
tidak paham menyusun RPP dengan penerapan model-model pembelajaran secara
lengkap, mereka setuju bahwa guru harus menggunakan RPP dengan menerapkan
model-model pembelajaran dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dapat
dijadikan acuan/pedoman dalam proses pembelajaran. Selain itu, kebanyakan guru
belum tahu dengan komponen-komponen RPP yang menerapkan model-model
pembelajaran secara lengkap.
Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap sembilan RPP
yang dibuat guru (khusus pada siklus I), diperoleh informasi/data bahwa masih
ada guru yang tidak melengkapi RPP-nya dengan komponen dan sub-subkomponen RPP
penerapan model pembelajaran tertentu, misalnya komponen indikator dan
penilaian hasil belajar (pedoman penskoran dan kunci jawaban). Rumusan
kegiatan siswa pada komponen langkah-langkah kegiatan pembelajaran masih kurang
tajam, interaktif, inspiratif, menantang, dan sistematis.
Dilihat dari segi kompetensi guru, terjadi peningkatan dalam
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dari siklus ke siklus . Hal itu dapat
dilihat pada lampiran Rekapitulasi Hasil Penyusunan RPP penerapan model-model
pembelajaran dari Siklus ke Siklus
B. Siklus I (Pertama)
Siklus
pertama terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2)pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi seperti berikut ini.
1.
Perencanaan ( Planning )
1. Membuat
lembar wawancara
2. Membuat
format/instrumen penilaian RPP penerapan model-model pembelajaran
3. Membuat
format rekapitulasi hasil penyusunan RPP penerapan model-model pembelajaran
siklus I dan II
4. Membuat
format rekapitulasi hasil penyusunan RPP penerapan model-model pembelajaran
dari siklus ke siklus
2. Pelaksanaan (Acting)
Pada
saat awal siklus pertama indikator pencapaian hasil dari setiap komponen RPP
penerapan model-model pembelajaran belum sesuai/tercapai seperti
rencana/keinginan peneliti. Hal itu dibuktikan dengan masih adanya
komponen RPP penerapan model-model pembelajaran yang belum dibuat oleh
guru. Sebelas komponen RPP penerapan model-model pembelajaran yakni:
1) identitas mata pelajaran, 2) standar kompetensi, 3) kompetensi dasar, 4)
indikator pencapaian kompetensi, 5) tujuan pembelajaran, 6) materi ajar, 7)
alokasi waktu, metode pembelajaran, 9) langkah-langkah kegiatan pembelajaran,
10) sumber belajar, 11) penilaiaan hasil belajar ( soal, pedoman
penskoran, dan kunci jawaban).
3.
Pengamatan
Hasil
pengamatan pada siklus kesatu dapat dideskripsikan berikut ini:
Pengamatan dilaksanakan bulan April 2011, terhadap sembilan orang guru. Semuanya
menyusun RPP, tapi masih ada guru yang belum melengkapi RPP-nya baik dengan
komponen maupun sub-sub komponen RPP penerapan model-model pembelajaran
tertentu. Satu orang tidak melengkapi RPP penerapan model-model pembelajarannya
dengan komponen indikator pencapaian kompetensi. Untuk komponen penilaian
hasil belajar, dapat dikemukakan sebagai berikut.
-
Satu orang tidak melengkapinya dengan teknik dan bentuk instrumen.
-
Satu orang tidak melengkapinya dengan teknik, bentuk instumen, soal, pedoman penskoran, dan kunci jawaban.
-
orang tidak melengkapinya dengan teknik, pedoman penskoran, dan kunci
jawaban.
-
Satu orang tidak melengkapinya dengan soal, pedoman penskoran, dan kunci
jawaban.
-
Satu orang tidak melengkapinya dengan pedoman penskoran dan kunci jawaban.
Selanjutnya
mereka dibimbing dan disarankan untuk melengkapinya.
C. Siklus II (Kedua)
Siklus
ke juga terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi. Hasil pengamatan pada siklus dapat dideskripsikan
berikut ini:
Pengamatan
dilaksanakan Bulan Juli 2011, terhadap sembilan orang guru. Semuanya menyusun
RPP dengan penerapan model-model pembelajaran, tapi masih ada guru yang keliru
dalam menentukan kegiatan siswa dalam langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan
metode pembelajaran, serta tidak memilah/ menguraikan materi pembelajaran dalam
sub-sub materi. Untuk komponen penilaian hasil belajar, dapat
dikemukakan sebagai berikut:
- Satu orang
keliru dalam menentukan teknik dan bentuk instrumennya.
- Satu orang keliru
dalam menentukan bentuk instrumen berdasarkan teknik penilaian yang dipilih.
- Satu orang kurang
jelas dalam menentukan pedoman penskoran.
- Satu orang tidak
menuliskan rumus perolehan nilai siswa.
Selanjutnya mereka dibimbing dan
disarankan untuk melengkapinya.
D. Pembahasan
Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di SMP Negeri 37
OKU Kabupaten Ogan Komering Ulu yang merupakan sekolah binaan peneliti
berstatus negeri, terdiri atas sembilan guru, dan dilaksanakan dalam 2
siklus. Kesembilan guru tersebut menunjukkan sikap yang baik dan termotivasi
dalam menyusun RPP dengan penerapan model-model pembelajaran dengan lengkap.
Hal ini peneliti ketahui dari hasil pengamatan pada saat melakukan wawancara
dan bimbingan penyusunan RPP dengan penerapan model-model
pembelajaran.Selanjutnya dilihat dari kompetensi guru dalam menyusun RPP dengan
penerapan model-model pembelajaran, terjadi peningkatan dari siklus pertama ke
siklus kedua.
1. Komponen
Identitas Mata Pelajaran
Pada siklus pertama semua guru
(sembilan orang) mencantumkan identitas mata pelajaran dalam RPP penerapan
model-model pembelajarannya (melengkapi RPP penerapan model-model
pembelajarannya dengan identitas mata pelajaran). Jika dipersentasekan, 84%.
Lima orang guru mendapat skor 3 (baik) dan tiga orang mendapat skor 4 (sangat
baik). Pada siklus ke kesembilan guru tersebut mencantumkan identitas mata
pelajaran dalam RPP penerapan model-model pembelajarannya. Semuanya mendapat
skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 16% dari
siklus I.
2. Komponen Standar
Kompetensi
Pada siklus pertama semua guru
(sembilan orang) mencantumkan standar kompetensi dalam RPP penerapan
model-model pembelajarannya (melengkapi RPP penerapan model-model
pembelajarannya dengan standar kompetensi). Jika dipersentasekan, 81%.
Masing-masing satu orang guru mendapat skor 1, 2, dan 3 (kurang baik, cukup
baik, dan baik). Lima orang guru mendapat skor 4 (sangat baik). Pada siklus ke
kesembilan guru tersebut mencantumkan standar kompetensi dalam RPP penerapan
model-model pembelajarannya. orang mendapat skor 3 (baik) dan enam orang
mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 94%, terjadi
peningkatan 13% dari siklus I.
3. Komponen Kompetensi
Dasar
Pada siklus pertama semua guru
(sembilan orang) mencantumkan kompetensi dasar dalam RPP penerapan model-model
pembelajarannya (melengkapi RPP penerapan model-model pembelajarannya dengan
kompetensi dasar). Jika dipersentasekan, 81%. Satu orang guru masing-masing
mendapat skor 1, 2, dan 3 (kurang baik, cukup baik, dan baik).
Lima orang guru mendapat skor 4
(sangat baik). Pada siklus ke kesembilan guru tersebut mencantumkan kompetensi
dasar dalam RPP penerapan model-model pembelajarannya. orang mendapat
skor 3 (baik) dan enam orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika
dipersentasekan, 94%, terjadi peningkatan 13% dari siklus I.
4. Komponen
Indikator Pencapaian Kompetensi
Pada siklus pertama tujuh orang guru
mencantumkan indikator pencapaian kompetensi dalam RPP penerapan model-model
pembelajarannya (melengkapi RPP penerapan model-model pembelajarannya dengan
indikator pencapaian kompetensi). Sedangkan satu orang tidak
mencantumkan/melengkapinya. Jika dipersentasekan, 56%. orang guru
masing-masing mendapat skor 1 dan 2 (kurang baik dan cukup baik). Empat orang
guru mendapat skor 3 (baik). Pada siklus ke kesembilan guru tersebut
mencantumkan indikator pencapaian kompetensi dalam RPP penerapan model-model
pembelajarannya. Tujuh orang mendapat skor 3 (baik) dan satu orang mendapat
skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 78%, terjadi peningkatan 22%
dari siklus I.
5. Komponen Tujuan Pembelajaran
Pada siklus pertama semua guru
(sembilan orang) mencantumkan tujuan pembelajaran dalam RPP penerapan
model-model pembelajarannya (melengkapi RPP penerapan model-model
pembelajarannya dengan tujuan pembelajaran). Jika dipersentasekan, 63%. Satu
orang guru mendapat skor 1 (kurang baik), orang mendapat skor 2 (cukup
baik), dan lima orang mendapat skor 3 (baik). Pada siklus ke kesembilan
guru tersebut mencantumkan tujuan pembelajaran dalam RPP penerapan model-model
pembelajarannya. Lima orang mendapat skor 3 (baik) dan tiga orang mendapat skor
4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 84%, terjadi peningkatan 21% dari
siklus I.
6. Komponen Materi Ajar
Pada siklus pertama semua guru
(sembilan orang) mencantumkan materi ajar dalam RPP penerapan model-model
pembelajarannya (melengkapi RPP penerapan model-model pembelajarannya dengan
materi ajar). Jika dipersentasekan, 66%. Satu orang guru masing-masing mendapat
skor 1 dan 4 (kurang baik dan sangat baik), orang mendapat skor 2 (cukup
baik), dan empat orang mendapat skor 3 (baik). Pada siklus ke kesembilan
guru tersebut mencantumkan materi ajar dalam RPP penerapan model-model
pembelajarannya. Enam orang mendapat skor 3 (baik) dan orang mendapat
skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 81%, terjadi peningkatan 15%
dari siklus I.
7. Komponen Alokasi Waktu
Pada siklus pertama semua guru
(sembilan orang) mencantumkan alokasi waktu dalam RPP penerapan model-model
pembelajarannya (melengkapi RPP penerapan model-model pembelajaran penerapan
model-model pembelajarannya dengan alokasi waktu). Semuanya mendapat skor
3 (baik). Jika dipersentasekan, 75%. Pada siklus ke kesembilan guru tersebut
mencantumkan alokasi waktu dalam RPP penerapan model-model pembelajarannya.
Tiga orang mendapat skor 3 (baik) dan lima orang mendapat skor 4 (sangat baik).
Jika dipersentasekan, 91%, terjadi peningkatan 16% dari siklus I.
8. Komponen Metode Pembelajaran
Pada siklus pertama semua guru
(sembilan orang) mencantumkan metode pembelajaran dalam RPP penerapan
model-model pembelajarannya (melengkapi RPP penerapan model-model
pembelajarannya dengan metode pembelajaran). Jika dipersentasekan, 72%.
orang guru mendapat skor 2 (cukup baik), lima orang mendapat skor 3
(baik), dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik). Pada siklus ke kesembilan
guru tersebut mencantumkan metode pembelajaran dalam RPP penerapan model-model
pembelajarannya. Satu orang mendapat skor 2 (cukup baik), enam orang mendapat
skor 3 (baik), dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika
dipersentasekan, 75%, terjadi peningkatan 3% dari siklus I.
9. Komponen
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pada siklus pertama semua guru
(sembilan orang) mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam RPP
penerapan model-model pembelajarannya (melengkapi RPP penerapan model-model
pembelajarannya dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran). Jika
dipersentasekan, 53%. Tujuh orang guru mendapat skor 2 (cukup baik), sedangkan
satu orang mendapat skor 3 (baik). Pada siklus ke kesembilan guru
tersebut mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam RPP penerapan
model-model pembelajarannya. Satu orang mendapat skor 2 (cukup baik) dan tujuh
orang mendapat skor 3 (baik). Jika dipersentasekan, 72%, terjadi peningkatan
19% dari siklus I.
10. Komponen Sumber
Belajar
Pada siklus pertama semua guru
(sembilan orang) mencantumkan sumber belajar dalam RPP penerapan model-model
pembelajarannya (melengkapi RPP penerapan model-model pembelajarannya dengan
sumber belajar). Jika dipersentasekan, 66%. Tiga orang guru mendapat skor 2
(cukup baik), sedangkan lima orang mendapat skor 3 (baik). Pada siklus ke
kesembilan guru tersebut mencantumkan sumber belajar dalam RPP penerapan
model-model pembelajarannya. orang mendapat skor 2 (cukup baik) dan enam
orang mendapat skor 3 (baik). Jika dipersentasekan, 69%, terjadi
peningkatan 3% dari siklus I.
Penilaian Hasil Belajar
Pada siklus pertama semua guru
(sembilan orang) mencantumkan penilaian hasil belajar dalam RPP penerapan
model-model pembelajarannya meskipun sub-sub komponennya (teknik, bentuk
instrumen, soal), pedoman penskoran, dan kunci jawabannya kurang lengkap.
Jika dipersentasekan, 56%. orang guru masing-masing mendapat
skor 1 dan 3 (kurang baik dan baik), tiga orang mendapat skor 2
(cukup baik), dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik). Pada siklus ke
kesembilan guru tersebut mencantumkan penilaian hasil belajar dalam RPP
penerapan model-model pembelajarannya meskipun ada guru yang masih keliru dalam
menentukan teknik dan bentuk penilaiannya. Tujuh orang mendapat skor 3 (baik) dan
satu orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 78%, terjadi
peningkatan 22% dari siklus I.
Berdasarkan pembahasan di atas
terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP penerapan model-model
pembelajaran. Pada siklus I nilai rata-rata komponen RPP penerapan model-model
pembelajaran 69%, pada siklus II nilai rata-rata komponen RPP
penerapan model-model pembelajaran 83%, terjadi peningkatan 14%.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai berikut.
-
Bimbingan
berkelanjutan dapat meningkatkan motivasi guru dalam menyusun RPP dengan
lengkap. Guru menunjukkan keseriusan dalam memahami dan menyusun RPP apalagi
setelah mendapatkan bimbingan pengembangan/penyusunan RPP dari peneliti.
Informasi ini peneliti peroleh dari hasil pengamatan pada saat mengadakan
wawancara dan bimbingan pengembangan/penyusunan RPP kepada para guru.
-
Bimbingan
berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP. Hal itu
dapat dibuktikan dari hasil observasi /pengamatan yang memperlihatkan
bahwa terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP dari
siklus ke siklus . Pada siklus I nilai rata-rata komponen RPP 69% dan pada
siklus II 83%. Jadi, terjadi peningkatan 14% dari siklus I
.
B.
Saran
Telah
terbukti bahwa dengan bimbingan berkelanjutan dapat
meningkatkan motivasi dan kompetensi guru dalam menyusun RPP
penerapan model-model pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan
beberapa saran sebagai berikut.
-
Motivasi
yang sudah tertanam khususnya dalam penyusunan RPP penerapan model-model
pembelajaran hendaknya terus dipertahankan dan ditingkatkan/ dikembangkan .
-
RPP
penerapan model-model pembelajaran yang disusun/dibuat hendaknya mengandung
komponen-komponen RPP penerapan model-model pembelajaran secara lengkap
dan baik karena RPP penerapan model-model pembelajaran merupakan
acuan/pedoman dalam melaksanakan pembelajaran.
-
Dokumen
RPP penerapan model-model pembelajaran hendaknya dibuat minimal
rangkap, satu untuk arsip sekolah dan satunya lagi untuk pegangan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Darma
Surya, (2009). Bahan Belajar Mandiri Dimensi Kompetensi Suvervisi. Jakarta: Direktorat
jendral peningkatan Mutu pendidikan Nasional
Erman
Suherman, (2009). Model-model Pembelajaran http
://re-searchengines.com/1207trimo1.html Penelitian Tindakan Sekolah
S
Syaodih Nana, (2006). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah
Menengah(konsep,prinsif,_______ dan instrumen). Bandung : Aditama.
Sudrajat
Akhmad. Pendekatan Pembelajaran
Udin
Winataputra,( 1994,34), Model pembelajaran
Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
________Nasional.
Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan
Pemerintah Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
________Dasar dan Menengah.
Piet,
A. Sahertian. Frans Mataheru, Prinsip Teknik Supervisi Pendidikan, (Surabaya,
Usaha ________Nasional, 1981
PTS yang simple dan mudah dimengerti, mohon "share", .....Terima Kasih
BalasHapuspermisi pak bisa saya download dan bagaimana caranya?
Hapusterima kasih, pak.
BalasHapusSangt membantuuu pa trimm
BalasHapusMOHON IZIN MENGKOPI...
BalasHapushttps://fbs.id/promo/bonus50?ppu=2727501
BalasHapusteruslah berkarya bapak, semoga karya bermanfaat bagi orang lain dan menjadi ladang ibadah tuk masa depan kelak.
BalasHapus